White box vs Black box Testing
Dalam pengembangan sebuah perangkat lunak, testing atau pengujian merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan sebelum perangkat lunak tersebut dipakai oleh pengguna. Dalam artikel ini kita akan membahas mengenai proses pengembangan yang berfokus pada testing bernama TDD, dan juga jenis jenis testing yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengujian.
Test Driven Development
Test Driven Development (TDD) adalah pendekatan pengembangan perangkat lunak yang diperkenalkan oleh Kent Beck dalam bukunya "Test Driven Development: By Example" yang diterbitkan pada tahun 2003. TDD adalah bagian dari praktik Extreme Programming (XP) dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kode dan desain perangkat lunak dengan menulis tes sebelum menulis kode yang diujikan. Filosofi utama TDD adalah bahwa dengan menulis tes terlebih dahulu, pengembang dipaksa untuk mempertimbangkan spesifikasi dan persyaratan dari fungsi yang akan dikembangkan, yang pada gilirannya membantu menghindari over-engineering dan memastikan bahwa kode yang ditulis memenuhi kebutuhan bisnis yang sebenarnya.
Dalam praktiknya, TDD melibatkan siklus pendek yang berulang yang dikenal sebagai "Red-Green-Refactor". Pertama, pengembang menulis tes yang menggambarkan fungsi yang diinginkan (Red), kemudian menulis kode yang cukup untuk membuat tes tersebut lulus (Green), dan akhirnya melakukan refactoring untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi kode (Refactor). Siklus ini diulang untuk setiap fitur atau komponen baru yang ditambahkan ke sistem. Dengan pendekatan ini, TDD membantu memastikan bahwa setiap bagian dari kode memiliki tes yang terkait, yang meningkatkan keandalan dan mengurangi jumlah bug yang dapat muncul selama pengembangan.

Kelebihan dari TDD termasuk peningkatan kualitas kode, dokumentasi otomatis melalui tes, dan deteksi dini bug. Dengan adanya tes yang komprehensif, TDD memudahkan pengembang untuk melakukan perubahan atau penambahan fitur tanpa takut merusak fungsi yang sudah ada. Namun, TDD juga memiliki beberapa tantangan, seperti kurva belajar yang mungkin curam bagi pengembang yang belum terbiasa dengan pendekatan ini, dan waktu awal yang diperlukan untuk menulis tes yang bisa memperlambat kecepatan pengembangan awal. Meski demikian, banyak tim pengembang yang menemukan bahwa investasi awal ini sepadan dengan manfaat jangka panjang yang diberikan oleh TDD dalam hal stabilitas dan kualitas perangkat lunak.
White box testing
White box testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang berfokus pada pengujian struktur internal dan logika kode program. Dalam pendekatan ini, penguji memiliki pemahaman mendalam tentang kode sumber dan arsitektur sistem, yang memungkinkan mereka untuk merancang tes yang mengeksplorasi jalur eksekusi, kondisi logika, dan aliran data dalam aplikasi. White box testing telah menjadi bagian integral dari proses pengembangan perangkat lunak, terutama dalam pengujian unit (unit test) dan integrasi (integration test), untuk memastikan bahwa setiap bagian dari kode berfungsi dengan benar.
Dalam praktiknya, white box testing digunakan untuk memverifikasi proses tertentu dalam kode, memeriksa penggunaan variabel, dan memastikan bahwa semua cabang logika telah diuji. Teknik yang umum digunakan dalam white box testing meliputi statement coverage, branch coverage, path coverage, dan control flow testing. Penguji dapat menggunakan alat pemrograman dan debugging untuk menjalankan tes ini dan memastikan bahwa setiap bagian dari kode telah dieksekusi dan berfungsi sebagaimana mestinya. White box testing sebagiknya dilakukan oleh pengembang perangkat lunak, karena memerlukan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana sistem dibangun.
Keuntungan dari white box testing adalah kemampuannya untuk menemukan bug tersembunyi dan masalah logika yang mungkin tidak terdeteksi oleh metode pengujian lain, seperti black box testing. Dengan memastikan bahwa semua jalur kode telah diuji, white box testing membantu meningkatkan keandalan dan stabilitas perangkat lunak. Namun, kelemahan dari pendekatan ini termasuk kompleksitas dan waktu yang dibutuhkan untuk menulis dan memelihara tes, terutama dalam sistem yang besar dan kompleks. Selain itu, karena pengujian ini berfokus pada struktur internal, ada risiko bahwa penguji dapat melewatkan masalah yang terkait dengan fungsionalitas eksternal atau pengalaman pengguna.
Black box testing
Black box testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang berfokus pada pengujian fungsionalitas aplikasi tanpa memeriksa struktur internal atau kode sumbernya. Pendekatan ini menganggap perangkat lunak sebagai sebuah perangkat tertutup ("kotak hitam") di mana penguji hanya mengetahui input yang diberikan dan output yang diharapkan, tanpa mengetahui bagaimana proses internal bekerja. Black box testing digunakan untuk memastikan bahwa aplikasi berfungsi sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan pengguna.
Dalam praktiknya, black box testing digunakan untuk memverifikasi bahwa semua fungsi perangkat lunak bekerja dengan benar, memeriksa antarmuka pengguna, dan memastikan bahwa sistem merespons dengan benar terhadap semua jenis input, termasuk input yang tidak valid atau tidak terduga. Teknik yang umum digunakan dalam black box antara lain adalah equivalence partitioning, boundary value analysis, dan decision table testing, yang dapat membantu dalam menentukan kasus uji yang relevan dan efektif.

Keuntungan dari black box testing adalah kemampuannya untuk mendeteksi kesalahan fungsional dan masalah antarmuka tanpa memerlukan pengetahuan mendalam tentang kode sumber, yang memungkinkan penguji non-teknis untuk terlibat dalam proses pengujian. Selain itu, metode ini dapat membantu menemukan celah dalam spesifikasi atau persyaratan yang mungkin terlewatkan selama tahap pengembangan. Namun, black box testing juga memiliki kelemahan, seperti kemungkinan melewatkan kesalahan yang terkait dengan logika internal atau jalur eksekusi yang tidak diuji.
Black box vs White box?
Black box & white box testing sebaiknya digunakan bersamaan dalam proses pengembangan dan verifikasi perangkat lunak. Pengembang / developer sebaiknya melakukan metode white box testing menggunakan metode TDD yang udah dijelaskan di atas. Anggota tim lainnya, terutama QA/Tester bisa menggunakan metode black box testing dengan melakukan pembuatan skenario tes & UAT selayaknya pengguna sistem sebenarnya.